Jumat, 08 Juli 2016

Lebaran : Tentang Pulang dan Kesibukan

Yay! Lebaran telah tiba! Kalimat ini pasti sering kalian dengar di mana-mana. Bagi yang sedang merayakan Lebaran, pertama aku ucapkan Selamat Idul Fitri, Minal Aidzin Wal Faidzin *terlepas dari kontroversi makna ucapan ini* *heran, kok suka banget hidup dalam kontroversi*

Lebaran aku, seperti biasa mudik ke rumah nenek yang lama-lama terasa asing. Dulu waktu TK pernah tinggal di sini, di Purworejo, sebelum akhirnya pindah ke Jogja dan ke Solo. Rumah nenek ini, warisan dari orang tua kakek, terletak di pinggir jalan raya sehingga nuansanya masih ramai, tidak terlalu masuk ke desa.

Yang aku perhatikan, makin kesini, Lebaran semakin sepi. Waktu aku masih kecil, Lebaran itu bisa jadi hal yang exciting banget karena bakal ketemu sodara-sodara yang banyak, main bareng dan ngobrol banyak hal.

Nenek memiliki 11 anak, dan ibuku adalah anak kelima. Cucunya sendiri ada 24, cicitnya 4 (kalau nggak salah itung). Sodara-sodara yang datang kesini terbagi menjadi dua generasi, generasi 90-an dan generasi 2000-an. Aku termasuk generasi 90-an yang punya banyak anggota, kami sering bermain bersama sedari kecil dan sekarang kebanyakan dari kami sudah bekerja (lalu jadi tim ditodong jodoh dan undangan) dan sebagian lagi hampir lulus kuliah (jadi tim ditanya "kapan lulus" dan cibiran kakak atau adeknya yang udah lulus).

Karena anak-anaknya sudah bekerja, maka waktu stay bersama keluarga lebih singkat, bahkan kemarin, Budhe Jawa Timur datang dan pulang dua hari sebelum Lebaran. Budhe & Pakdhe yang juga sudah pensiun akhirnya mengikuti anak-anak mereka yang libur kerjanya cuma sedikit, atau yang piket kerja di hari Raya. Alhasil, Lebaran kali ini rasanya lebih sepi. Dulu kalau Lebaran, tidur harus dempet-dempet di ruang tengah beralaskan karpet macem kayak sarden, rebutan selimut dan bantal. Sekarang bisa nyaman tidur sendiri-sendiri di kasur empuk yang tersedia di kamar.

Walaupun begitu, rasanya tetap bahagia. Di tengah kesibukan bekerja, dikejar-kejar revisi dan berbagai drama dunia yang ada, kembali ketika Hari Raya itu precious sekali. Setidaknya, kami masih bisa merasa jadi anak-anak dengan pulang ke rumah Nenek, bertemu budhe pakdhe dan nge-joke tentang masa lalu yang lucu. Bareng-bareng bongkar Album Foto yang bertumpuk-tumpuk disimpan Nenek di lemarinya, buat menertawakan kemiripan masing-masing dengan orang tuanya ketika muda. Lalu aktivitas ini membuat kita makin dekat dan makin erat.

Jika mengingat kedekatan erat keluarga, rasanya ancaman dan tantangan diluar sana tidak ada apa-apanya.

Selamat Hari Raya, Selamat berkumpul bersama keluarga :)



3 komentar:

About

authorHi There! Thanks for visiting my blog. You can call me bella.
Learn More →